KANKER SERVIKS
Oleh : Imroatus Sholikhah
Kebanyakan kasus kanker leher rahim ditemukan dalam stadium
lanjut karena pada tahap awal biasanya penyakit ini tidak memberikan gejala.
Tapi bukan berarti kanker leher rahim (serviks) tidak bisa dideteksi dan dicegah.
(Widiyani, 2013)
Secara umum ada dua cara pencegahan kanker serviks yang
disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV), yakni pencegahan primer
dengan vaksinasi serta pencegahan sekunder dengan pemeriksaan pap smear
berkala.
Namun, baik upaya pencegahan primer maupun sekunder belum
banyak dilakukan di negeri kita sehingga kanker servik masih merupakan kanker
yang sering dijumpai pada perempuan.
Setiap wanita berpeluang menderita kanker. Pap smear sampai
saat ini masih jadi metode deteksi dini kanker leher rahim terbaik, terutama
bagi yang pernah berhubungan seksual," kata dr. Chamim, Sp.OG (K) dari
Brawijaya Women and Children Hospital, pada acara bertema Early Detection
Cervical Cancer and Breast Cancer di Jakarta. Pap smear sebaiknya dilakukan
secara rutin. Pemeriksaan dilakukan 5 hari setelah haid. Pemeriksaan ini
mengambil contoh sel leher rahim wanita.
Jika hasil pemeriksaan negatif menandakan tidak adanya sel
kanker. Meski begitu gaya hidup sehat tetap harus dilakukan untuk menekan
risiko kanker. "Jangan lupa untuk kembali pap smear dalam satu atau 2
tahun," katanya.
Sementara itu jika hasil tes positif, menandakan adanya
perubahan sel pada tubuh wanita. Chamim menyarankan wanita melakukan biopsi
untuk memastikannya. Melalui tes ini akan diketahui apakah sel hanya sekedar
berubah (displasia), atau sudah menjadi kanker. Selanjutnya dokter akan
menentukan terapi apa yang sebaiknya dijalani.
Pap smear sendiri tidak 100 persen menentukan adanya
perubahan sel yang merujuk pada kanker. Tingkat akurasinya berkisar antara
70-95 persen, bergantung pada laboratorium penguji, misalnya keakuratan
pengambilan sampel, pengolahan bahan, sampai interpretasi gambar sediaan
sampel.
Itu sebabnya terkadang ditemukan adanya hasil false negatif
(sel dinyatakan normal padahal terdapat perubahan sel) dan false positif (hasil
tes mengatakan wanita memiliki sel leher rahim abnormal padahal sel tersebut
sesungguhnya normal). Namun kesalahan ini bisa diminimalisir bila wanita rutin
melakukan pap smear. "Kalau rajin pap smear jadi lebih mudah dan cepat
ketahuan. Apalagi bila dokternya sudah sering melakukan pap smear, mungkin
kurang dari seminggu sudah ada hasil," jelas Chamim. Selain pap smear,
Chamim menyarankan tes menggunakan Internal Visual with Acidity Avid (IVA). Tes
ini menggunakan asam asetat dengan kadar 3-5 persen, yang diteteskan pada leher
rahim. Apabila terdapat lesi atau bercak keputihan, maka terdapat perubahan sel
yang mengindikasikan pasien untuk melakukan tes lanjutan.
Tes ini, kata Chamim, tidak memerlukan alat atau kapasitas
tertentu. "Dokter atau bidan puskesmas bisa melakukannya. Metode ini
banyak dipakai di negara berkembang dengan sumber daya terbatas," ujarnya.
Hasil tes IVA juga bisa terbaca dalam waktu kurang dari satu
menit. Menurut Chamim, pap smear dan IVA sama efektifnya sebagai deteksi dini
cegah kanker. Pengulangan IVA juga sebaiknya dilakukan 1-2 tahun. Dengan adanya dua metode ini, kata Chamim,
tidak ada lagi alasan untuk tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim
pada wanita.
(Widiyani, 2013)
CancerHelps, T. (2010). Stop Kanker. Jakarta:
Argro Media Pustaka.
Maneo, A. (1997). Randomised study of radical surgery
versus radiotherapy for stage Ib-IIa cervical cancer. ProQuest Biology
Journals, 6.
Widiyani, R. (2013, Juli 8). Kanker Serviks, Berbahaya
tapi Bisa Dideteksi. Retrieved Oktober 12, 2013, from Kompas: http://health.kompas.com/read/2013/07/08/0751349/Kanker.Serviks.Berbahaya.tapi.Bisa.Dideteksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar